Monday, November 25, 2013

Kematian adalah Kepastian




Ingatlah... kematian adalah suatu kepastian, agar mudah bagimu melakukan amal kebaikan sebagai bekal di hari kemudian.
تفسير البغوي - (6 / 252)
{ كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ } خوفهم بالموت ليهون عليهم الهجرة، أي: كل واحد ميت أينما كان فلا تقيموا بدار الشرك خوفا من الموت،
Jangan sekali-kali mengandalkan kekuatan apapun, karna jika telah tiba waktunya maka ia (maut) pasti akan datang di manapun kamu berada.
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu berada di benteng yang kuat.” (QS. An-Nisaa’: 78)
Kuburan hanyalah sementara sebagai pemenuhan janji Alloh swt kepada bumi
تفسير البغوي - (2 / 145)
 وفي الحديث: "لمّا خلق الله تعالى آدم اشتكت الأرض إلى ربها لما أخذ منها فوعدَها أن يرُدَّ فيها ما أخذ منها فما من أحد إلا يدفن في التربة التي خلق منها
Karna itu, selanjutnya kita akan dikembalikan kepada Alloh swt untuk mempertanggung jawabkan seluruh amal perbuatan yang telah kita lakukan.
 { ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ } فنجزيكم بأعمالكم،
Ma’asyirol muslimin...,
Suatu hari rosul memegang tangan Ibnu Umar seraya berpesan:
التيسير بشرح الجامع الصغير ـ للمناوى - (2 / 437)
( كن في الدنيا كأنك غريب ) لأن الإنسان إنما أوجد ليمنحن بالطاعة فيثاب وبالإثم فيعاقب لنبلوهم أيهم أحسن عملاً فهو كعبد أرسله سيده في حاجة فهو إما غريب أو عابر سبيل فحقه أن يبادر لقضائهم ثم يعود وطنه ( أو عابر سبيل ) شبه الناسك السالك بغريب لا مسكن له يأويه ثم ترقى وأضرب عنه إلى عابر السبيل لأن الغريب قد يسكن بلد الغربة وابن السبيل بينه وبين مقصده مفارز مهلكة وشأنه أن لا يقيم لحظة
“hiduplah di dunia seperti seorang perantau atau orang yang menyeberang jalan”

pesan yang cukup singkat namun padat, layaknya seorang perantau, sengoyo (jawa) apapun dalam bekerja, selama apapun ia berada di perantauan, seberhasil apapun dalam usahanya, suatu saat tetap ia ingin kembali kekampung halamannya, bahkan pada saatnya seluruh hasil kerjanya akan ia bawa pulang kekampung halamannya untuk menikmati masa tuanya bersama keluarganya. Begitu pulalah semestinya kita hidup di dunia ini, semuanya niscaya kita arahkan untuk masa depan kita kelak di akhirat. Karna hakekatnya kehidupan dunia ini adalah untuk menguji saja, mana diantara kita yang baik amal perbuatannya.
تفسير الجلالين - (1 / 754)
{ الذي خلق الموت } في الدنيا { والحياة } في الآخرة أو هما في الدنيا فالنطفة تعرض لها الحياة وهي ما به الإحساس والموت ضدها أو عدمها قولان والخلق على الثاني بمعنى التقدير { ليبلوكم } ليختبركم في الحياة { أيكم أحسن عملا } أطوع لله { وهو العزيز } في انتقامه ممن عصاه { الغفور } لمن تاب إليه
Saatnya kita masuk kehidupan yang sebenarnya, Akhirat. Namun sayangnya banyak diantara kita yang kurang menyadari betapa dahsyatnya kehidupan alam akhirat ini, hingga Rosululloh saw bersabda :
التيسير بشرح الجامع الصغير ـ للمناوى - (2 / 255)
( ولو تعلمون ما أعلم ) من شدة عقاب الله ( لضحكتم قليلاً ) أي لتركتم الضحك في غالب الأحيان ( ولبكيتم كثيراً ) لغلبة سلطان الوجل على قلوبكم  
“andai kamu tahu apa yang aku tahu (bagaimana dahsyatnya siksaan Alloh) tentu kalian hanya sedikit tertawa dan lebih banyak menangis”

Mari kita menyadari bahwa hanya ada dua pilihan tempat tinggal kita di alam akhirat, yaitu surga atau neraka. Ridlo atau murka Alloh swt, dan pilihan itu mesti kita tentukan saat kita berada di alam dunia ini :
والإنسان ما بين أمرين: لا دار للمرء بعد الموت يسكنها إلا التي كان قبل الموت يبنيها فإن بناها بشر خاب مسكنه وإن بناها بخير طاب بانيها
Karna itu senyampang masih hidup mari kita memperbanyak amal kebaikan, menjauhi amal keburukan, bertaubat kepada Alloh swt, agar kita semua dapat meraih kesuksesan  yang sebenarnya seperti yang disebutkan di dalam Alqur’an :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
(... barang siapa dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan kedalam surga, sungguh ia telah meraih kesuksesan yang sebenarnya, tidaklah kehidupan dunia ini kecuali hanya kesenangan yang menipu). Wallohu A’lam bis showab.
By. Abi Izzah ‘13